Jamur tiram menjadi kunci keberhasilan program pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Magelang. Inisiatif budidaya jamur tiram di dalam lapas tidak hanya memberikan keterampilan praktis, tetapi juga membuka pintu untuk transformasi positif dan reintegrasi narapidana ke dalam masyarakat.
Proyek budidaya jamur tiram di Lapas Magelang telah mencapai keberhasilan yang luar biasa. Narapidana aktif terlibat dalam semua aspek, mulai dari penanaman bibit, perawatan, hingga proses panen. Kegiatan ini bukan sekadar memberikan keterampilan pertanian, tetapi juga melibatkan narapidana dalam kerja tim, tanggung jawab, dan disiplin.
Keberhasilan program ini dapat dilihat dari dampak positifnya pada psikologis narapidana. Budidaya jamur tiram menjadi sebuah bentuk terapi yang memungkinkan narapidana untuk mengembangkan keterampilan baru dan meningkatkan rasa percaya diri.
Kepala Lapas Magelang, Bapak Bambang Wijanarko, menyatakan kebanggaannya terhadap keberhasilan program pembinaan narapidana dengan menggunakan budidaya jamur tiram. “Jamur tiram bukan hanya menjadi sumber pendapatan tambahan, tetapi juga menjadi katalisator untuk perubahan positif di dalam lapas. Narapidana kami terlibat aktif, belajar bekerja sama, dan mendapatkan keterampilan yang dapat mereka terapkan setelah keluar dari penjara,” kata Bapak Bambang.
“Program ini membuktikan bahwa dengan memberikan peluang dan keterampilan yang tepat, narapidana dapat menjadi bagian produktif dari masyarakat. Kami berharap inisiatif ini dapat diadopsi oleh lapas-lapas lain sebagai langkah konkret dalam meningkatkan pembinaan narapidana di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Dengan keberhasilan program budidaya jamur tiram, Lapas Magelang menunjukkan bahwa kreativitas dalam pembinaan narapidana dapat menjadi kunci untuk membuka peluang baru dan meningkatkan prospek reintegrasi mereka ke dalam masyarakat.