Di dalam penjara yang berdiri megah di Magelang, terdapat sebuah cerita yang menggetarkan hati tentang pembelajaran Al-Quran di balik jeruji besi. Narapidana-narapidana yang terkungkung oleh masa lalu mereka yang kelam memutuskan untuk mencari terang kehidupan melalui pengetahuan dan pemahaman Al-Quran.
.
Awalnya, suasana di dalam penjara terasa hampa dan penuh dengan keputusasaan. Namun, semangat untuk mencari arti hidup dan kesejatian membawa sekelompok narapidana untuk membentuk sebuah kelompok pembelajaran Al-Quran. Mereka menyadari bahwa di balik jeruji besi, ada peluang untuk menemukan ketenangan batin dan makna hidup yang lebih dalam.
.
Setiap sesi pembelajaran menjadi titik terang di dalam rutinitas yang monoton. Narapidana-narapidana itu duduk bersama, membuka halaman-halaman Al-Quran, dan bersama-sama merenungkan ayat-ayat yang penuh hikmah. Meskipun terbatas oleh batas fisik penjara, namun jiwa mereka terbang bebas ke alam pemahaman dan kebijaksanaan yang terkandung dalam Al-Quran.
.
Proses pembelajaran ini menjadi lebih dari sekadar akuisisi pengetahuan. Al-Quran menjadi pemandu moral bagi mereka, memberikan petunjuk tentang kehidupan, keadilan, dan kebijaksanaan. Narapidana-narapidana tersebut menyadari bahwa pembelajaran Al-Quran adalah pintu gerbang menuju transformasi diri yang mendalam.