Suasana di Lapas Magelang bukan lagi sekadar tentang tahanan, tetapi juga tentang transformasi dan pembinaan. Salah satu inisiatif utama yang menjadi sorotan adalah Unit Penjahitan, tempat di mana narapidana tidak hanya memperoleh keterampilan baru, tetapi juga menumbuhkan kemandirian dan kreativitas mereka.
Di unit ini, mesin jahit dan bahan-bahan tekstil bukan hanya instrumen untuk membuat pakaian, tetapi juga menjadi perangkat pembelajaran dan pengembangan diri. Narapidana terlibat aktif dalam setiap tahap proses: mulai dari memahami pola, memotong kain, menjahit, hingga merancang produk jadi.
Salah satu narapidana yang terlibat, Adi, menyampaikan pengalamannya, “Sebelumnya saya belum pernah meraba mesin jahit. Namun, sekarang, saya merasa lebih terampil dan kreatif. Saya belajar membuat pakaian, keset, dan bahkan mendesain beberapa produk.”
Unit Penjahitan ini tidak hanya tentang menghasilkan barang-barang jadi, tetapi juga tentang membuka pintu untuk kemandirian. Narapidana tidak hanya belajar keterampilan teknis, tetapi juga nilai-nilai kerja keras, ketelitian, dan tanggung jawab. Mereka belajar menyelesaikan proyek sesuai batas waktu, mengelola material dengan efisien, dan menghargai hasil kerja keras mereka.
Bapak Bambang Wijanarko, Kalapas Magelang, menjelaskan, “Unit Penjahitan adalah lebih dari sekadar tempat belajar menjahit. Ini adalah wadah yang memungkinkan narapidana untuk merasakan arti kreativitas dan produktivitas. Mereka belajar menghargai proses pembuatan, menemukan potensi mereka, dan mengembangkan keterampilan yang dapat berguna ketika mereka kembali ke masyarakat.”
Program ini telah membuka kesempatan baru bagi narapidana. Unit Penjahitan di Lapas Magelang bukan hanya ruang kerja, tetapi juga ruang pembelajaran, tempat di mana harapan baru ditemukan, dan kemandirian ditanamkan. Transformasi ini adalah bagian dari upaya rehabilitasi yang bertujuan untuk mempersiapkan narapidana untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka setelah selesai menjalani masa hukuman.